Saya berwisata ke Lau Mentar Canyon minggu lalu. Dengan mengendarai sepeda motor, saya berangkat pukul 06:00 Wib dari Kota Medan. Berbekal smartphone, saya pergi ke Lau Mentar Canyon seorang diri. Saya melihat maps karena tidak tahu alamatnya.
Lau Mentar Canyon terletak di Desa Rumah Liang atau Liang Muda, Kecamatan Sinembah Tj. Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deli Serdang. Jaraknya sekitar 90 Kilometer atau sekitar 4 jam dari kota Medan. Rute yang saya pilih adalah Medan – Amplas - Patumbak – Talun Kenas – Tiga Juhar - Desa Rumah Liang.
Pagi itu, saya berhenti sejenak di sebuah warung untuk sarapan pagi di Tiga Juhar. Maklum, perut belum terisi makanan. Selain itu baterai smartphone sudah mau habis. Jadi, saya menyempatkan untuk mengisi daya terlebih dahulu.“Lontong dan kopi hitamnya ya bu,” kata saya saat itu.
Sambil makan, saya bertanya ke ibu penjual lontong tentang Lau Mentar Canyon. Dia mengatakan kalau jaraknya sudah tak jauh lagi. Selain itu dia memberitahu dan menyarankan saya untuk berwisata ke Danau Linting karena lumayan bagus, menurutnya.
“Banyak yang datang kesana. Itu sudah banyak yang pergi,” kata ibu penjual lontong tersebut sambil menunjuk ke arah orang yang lalu-lalang. Ibu itu berkata kalau semakin siang, pengunjung akan semakin ramai. Namun karena masih pagi, pengunjung belum ramai alias sepi.
Setelah selesai sarapan, saya langsung bergegas ke Lau Mentar Canyon. Ternyata benar, sekitar 15 menit mengendarai sepeda motor, saya melewati Danau Linting. Tepat di sebelah kiri saya. Setelah itu melewati Jembatan Lau Luhung atau Jembatan Tiga Juhar. Artinya sudah mau sampai ke Lau Mentar Canyon.
Akses menuju Lau Mentar Canyon sangat parah. Jalan masih berupa bebatuan dan tidak beraspal. Terkadang menemukan jalan yang masih bebatuan kerikil tajam sekitar 3 Kilometer. Tak hanya itu, jalannya naik turun pegunungan dan berkelok-kelok. Ketika tanah sedang basah, bisa lebih lama lagi sampainya karena licin dan berlumpur. Lokasinya sepi, sebab jauh dari pemukiman.
Untuk menuju Lau Mentar Canyon dapat menggunakan moda roda dua dan roda empat. Namun harus berhati-hati karena kondisi jalan extreme. Lebih baik menggunakan moda roda dua karena akses yang kurang bagus.
Butuh banyak tenaga dan waktu untuk sampai di lokasi. Namun, semua pengorbanan itu akan terbayar saat tiba di lokasi pula.
Butuh banyak tenaga dan waktu untuk sampai di lokasi. Namun, semua pengorbanan itu akan terbayar saat tiba di lokasi pula.
“Pak, Lau Mentar dimana ya?” tanya saya saat maps sudah mengakhiri perjalanan.
“Jalan kesana tapi motornya ga bisa dibawa karena jalannya rusak. Parkir disini aja” kata masyarakat setempat.
Akhirnya saya mengikuti arahan bapak tersebut. Bapak itu juga mengatakan kalau belum ramai karena pengunjung akan datang mulai pukul 11 siang. Memang benar, jalannya sangat rusak. Namun saat tiba di lokasi, saya melihat ada tiga sepeda motor yang terparkir.
“Itu dia. Bagus banget,” ucap saya dalam hati.
Saat menuju Lau Mentar, ada pondok kecil yang beratapkan seng. Ternyata itu adalah generator pembangkit listrik. Sumber energinya diambil dari arus Lau Mentar. Masyarakat setempat memanfaatkan kincir air untuk dapat menghasilkan energi listrik yang hanya bisa dipakai untuk menghidupkan lampu di malam hari saja. Maklum, PLN belum menjangkau ke seluruh perkampungan ini.
Saya melihat ada beberapa pemuda dan berkenalan dengan para pemuda yang saya temui tersebut. Ternyata mereka adalah pemilik sepeda motor yang saya lihat tadi dan mereka berasal dari Helvetia Pasar 7. Tak jauh dari rumah saya. Dan mereka sudah nenda dari hari sabtu malam. Ada 6 orang yang nenda. Dan belum ada pengunjung yang kesana selain kami.
Lau Mentar adalah kawasan wisata alam yang berupa hutan dan sungai yang belum dikelola sama sekali. Berdasarkan bahasa setempat Lau Mentar berarti "Air Putih". Dikatakan demikian karena air dari sungai di lokasi tersebut sangat jernih. Tebing tingginya masih ditumbuhi lumut, batu besarnya juga bersih. Aliran air sungainya panjang.
Tak hanya bisa melihat panorama air sungai yang mengalir jernih. Bisa juga mengunjungi objek wisata alam lain yang mengitari kawasan Lau Mentar Canyon. Ada Gua Harimau, Air Terjun Lau Mentar, dan Gua Canyon yang terkenal dengan keindahannya. Banyak hal yang dapat dilakukan di Lau Mentar Canyon. Tempat ini sangat sepi dan tenang. Cocok dijadikan untuk tempat acara kelompok dalam melakukan kegiatan outdoor.
Meski banyak tempat menarik, tetap saja daya tarik utamanya adalah aliran Sungai Lau Mentar. Pasalnya bisa menceburkan diri ke sungai. Bermain dengan airnya yang jernih. Di sepanjang sungai memantulkan warna hijau. Pemandangan langka untuk kategori sungai. Apalagi saat sedang tidak hujan, warna air sungainya bisa kebiruan.
Lau Mentar Canyon memang terkenal karena warna airnya yang hijau kebiruan. Itu pun jika cuaca sedang baik. Tidak disarankan datang saat musim hujan karena akan sia-sia. Sudah melewati medan extreme, tapi mendapati air yang keruh.
Wisata Lau Mentar Canyon ini sungguh masih sangat alami dan masih sedikit wisatawan yang berkunjung. Kebanyakan para Komunitas Alam yang menjelajahinya. Butuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk dapat membenahi wisata Lau Mentar Canyon ini agar menjadi Objek Wisata Daerah. Terutama dilengkapi fasilitas yang memadai seperti akses atau jalannya yang diperbaiki sehingga bisa mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Banyak pacet,” kata salah seorang pemuda yang nenda. Ya, disana memang terlihat banyak pacet. Binatang penghisap darah. Jadi harus check sekujur tubuh setelah bermain di Lau Mentar karena darah itu mahal, bukan?
Setelah puas berenang dan bermain air, kami memutuskan untuk kembali ke Medan. Akhirnya saya balik dengan 6 orang pemuda tersebut melewati daerah Lubuk Pakam. Dan selanjutnya kami pun akan berencana untuk liburan ke Kabupaten Asahan.
Oh ya, Lau Mentar bisa dijangkau dari Jalan Deli Tua, Amplas, Tanjung Morawa, dan bisa juga dari Lubuk Pakam. Tapi menurut saya lebih baik dari Amplas atau Tanjung Morawa karena lebih dekat. Kalau punya banyak waktu, setelah dari Lau Mentar bisa langsung ke Tongging, Air Terjun Sipiso-piso, Berastagi.
Paling penting selama dalam perjalanan adalah kesehatan. Perjalanan jauh yang menggelisahkan akan sedikit membuat goyah. Banyak pengunjung yang tidak melanjutkan perjalanan karena sulitnya akses dan kurangnya informasi. Oleh karena itu jangan lupa bertanya kepada siapa saja yang ditemui di jalan. Seperti saya yang suka bertanya ke orang saat berwisata untuk cari informasi.
- Makanan dan Minuman
Persiapkan bekal makanan dan minuman. Di Desa Rumah Liang ada juga penjual makanan ala kadarnya. Tentu harganya berbeda bila dibandingkan dengan harga kota.
- Obat-Obatan
Jangan lupa bawa obat-obatan. Batu dan tebing yang berlumut, bisa menyebabkan terpeleset. Untuk itu, perlu membawa obat-obatan.
- Kendaraan
Periksa kendaraan sebelum ke Lau Mentar Canyon. Jalan bebatuan dan kerikil tajam menyebabkan ban kendaraan bocor. Jarang ditemukan penambal ban disana.
- Baju Ganti
Setelah berenang di Lau Mentar Canyon, tak mungkin balik ke rumah dengan baju yang basah, bukan? Ada baiknya membawa pakaian ganti.
Wahh...jadi inget kampung halaman
ReplyDeleteAbang ni main aja ya,, ikutlah bang,, hati2 tetap jaga kesehatan ya bang
ReplyDeleteBerani kali kakak sendiri ya..
ReplyDeleteAku takut kalo pergi ke tempat sepi kek gini ada orang iseng kak..
Tapi perjuangan terbayar lunas ya.. cantik kali lau mentar ini ❤️
Ini musti dibookmark nih ulasan kayak gini, asli tau ada canyon di Delser, secuil nirwana, Lau Mentar dari Bg Alfie inilah. solo traveling yes, mantul. Btw sampai di rumah itu si pacet2 usil gak ngikut kan, hiiiyy.. hehe... seru kali ah
ReplyDeleteWew..keren bang..
ReplyDeleteMantap kali lokasinya..
Dapat aja ya bang lokasi-lokasi bagus kalau abang ini jalan..😅
Dulu pernah ke danau linting, bgs
ReplyDeleteTau gitu mampir juga ke lau mentar, kece bett ternmnyata ya..
nengok jalannya bebatuan gitu hmmm smoga pemerintah daerah cpt benerin biar bs jd lokasi wisata baru. tp warnanya sehijau itu sih, bagus kali :"
ReplyDeleteBelum terlalu terkenal ya bang. Padahal pemandangannya oke banget. Kayaknya banyak tempat wisata di Deli Serdang yang belum terjamah. Masih perlu peran pemerintah yang lebih baik lagi untuk membangun wisata seperti ini.
ReplyDelete