Saya merupakan seorang blogger. Yang mana memiliki
hobi plesiran atau traveling, kulineran, bahkan curhat tak jelas. Saya
tulis semuanya di dalam blog pribadi milik saya.
Namun saya merasa lucu karena ada yang mengira kalau saya
adalah seorang pemandu wisata atau travel guide. Penilaian tersebut
muncul saat saya memberikan saran di akun Instagram terkait pencurian di
Pelabuhan Tanjung Tiram, Batubara. Teman saya kehilangan 2 unit handphone, power
bank, dan sejumlah uang tunai saat kami berwisata ke Pulau Pandang dan Salah
Namo beberapa waktu lalu.
Baca: Disini
Beberapa Travel Guide di Batubara diduga tak terima dan justru menuduh saya seorang travel guide. Bahkan mereka beranggapan kalau saya akan
menjatuhkan mereka. Menganggap saya kalah dalam bersaing. Padahal saya memberikan
saran baik agar kejadian yang teman saya alami tidak terjadi kepada peserta
atau wisatawan lainnya. Selain itu keamanan di Pelabuhan Tanjung Tiram atau pun
Pulau Pandang dan Salah Namo ditingkatkan. Saran tersebut juga untuk pemerintah.
“Yang paling ingin saya tegaskan. Abang berangkat dari travel mana?” kata Al Rezky Piliang yang merupakan salah seorang travel guide dari Travel Odan.
Saya tak perlu menjelaskan tentang travel yang saya gunakan
kemarin. Pasalnya saat terjadi pencurian sudah diberitahukan ke mereka. Travel
yang saya gunakan pun berjanji akan meningkatkan keamanan dan menjaga pesertanya
agar kejadian serupa tak terluang.
Itu sebabnya saya memberikan saran ke travel guide
lainnya agar tetap waspada dan meningkatkan keamanan saat memandu wisatawan.
Hal itu disebabkan karena saya merasa kalau mereka belum mengetahui kejadian
yang kami alami.
Ternyata yang lebih mencengangkan, Rezky menyebutkan korban pencurian
adalah seorang ibu-ibu. Artinya peserta atau wisatawan yang dibawanya mengalami
pencurian seperti yang kami alami juga. Kalau demikian, Pulau Pandang dan Salah
Namo memang tak aman bagi wisatawan.
Tak sampai di situ saja. Rezky mengatakan bahwa saya adalah
penipu dan pembohong besar untuk menjatuhkan orang. Dia menerbitkan atau post
kata-kata tak mengenakkan tersebut di akun Instagramnya. Kalau saya mau, bisa
saja hal tersebut dilaporkan ke pihak berwajib karena ada bukti. Tuduhannya
sangatlah tidak benar.
“Susah menghadapi orang autis,” kata Al Rezky Piliang.
Dia juga mengatakan kalau tak takut jika saya melaporkannya
ke polisi atas tuduhan tak benar tersebut. Rezky tidak akan gentar dengan
laporan saya jika itu terjadi karena dia mengaku orang lapangan. Namun saya
masih memiliki jiwa pemaaf sehingga tidak melanjutkan permasalahan tersebut.
Tujuan saya hanya mengingatkan mereka untuk berhati-hati membawa wisatawan agar
tidak terjadi hal yang kami alami.
“Jangan ngasal ngepost kak. Cari tahu dulu akar masalahnya. Habis itu baru kakak post,” kata Travel Odan yang juga salah satu travel guide di Batu Bara.
Saya tidak asal dalam menerbitkan atau post tulisan. Saya
menyantumkan data dalam setiap tulisan yang saya buat. Dan korbannya merupakan teman
saya. Bahkan saya ada di lokasi saat kejadian kemarin.
Darmawan yang mengaku sebagai owner Travel Odan
mengatakan kalau saya kurang jauh mainnya. Apakah saya harus bersombong diri dengan
menunjukkan lokasi yang pernah saya kunjungi? Tak hanya itu, dia juga
menyarankan saya agar banyak belajar.
Saya memang banyak belajar dari kehidupan. Setiap hari, saya
terus belajar meski sudah lulus kuliah. Tepatnya meski sudah bekerja dan memiliki
usaha. Saya tetap belajar untuk menjadi baik lagi.
“Nampak kali kau dari travel juga. Ada masalah sama travel lokal. Sini duduk bareng boss,” ucap Melalak Odan melalui pesan DM Instagram.
Saya tekankan kembali. Saya bukan seorang travel guide. Artinya
tidak ada masalah dengan travel guide lokal di sana. Namun tujuan awal
saya adalah untuk memberitahu mereka bahkan menyarankan mereka agar tingkatkan
keamanan. Mereka harus siap menghadapi masalah tersebut. Kalau keamanan tak
ditingkatkan, Pulau Pandang dan Salah Namo akan sepi wisatawan. Ini juga PR buat pemerintah.
Travel guide perlu dan harus mengingatkan peserta
atau wisatawan untuk berhati-hati. Menjaga barang bawaannya agar tak kehilangan.
Namun apa yang menurut saya baik, mereka tak menerima. Kalau saja saran dari
orang tak diterima, bagaimana mereka bisa maju atau sukses. Ataukah saya harus
menjadi peserta atau wisatawan mereka terlebih dahulu agar saran saya bisa
diterima?
Semoga sektor pariwisata kita semakin maju.
Indonesia banget, ga bisa terima kritik malah nuduh pesaing, garbage banget ga sih
ReplyDelete