“Kepada pemerintah daerah Sumatera
Utara, pemprov. Itu kayak aku pengen kasih toa gitu. Karena hutan kita yang
habis dibabat untuk kelapa sawit berada di Sumatera Utara,” - Satya Winnie.
Saya mendapat undangan dari Hutan Itu
Indonesia X Blogger Perempuan Network (BPN) pada tanggal 22 September 2020.
Undangan Online Gathering yang dikirim melalui email. Topik pembahasan tentang
Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan. Dan akan dibahas pada live meeting on
Zoom pada tanggal 02 Oktober 2020.
Ternyata undangan tersebut bermula
dari perlombaan yang diadakan oleh Hutan Itu Indonesia dengan Blogger Perempuan
Network bulan lalu. Saya mengikuti lomba tersebut dengan judul tulisan AdopsiHutan Mampu Babat Habis Penebangan Liar Hutan Di Taman Nasional Gunung Leuser.
Dan saya patut bangga karena dari ratusan peserta yang mengikuti lomba, tulisan
tersebut masuk ke dalam 30 tulisan blogger terpilih.
Tepat hari Jumat, 02 Oktober 2020
pukul 14:00 Wib, live meeting on Zoom pun dimulai. Dengan dipandu host
kece, Rian Ibram, acara berjalan dengan lancar dan “hidup”. Para narasumbernya
pun sangat menguasai topik pembahasan, sehingga penjelasannya dapat dipahami. Hal
tersebut membuat saya yang miskin akan ilmu pengetahuan menjadi mengerti. Ilmu dan
wawasan saya terkait adopsi hutan jadi bertambah karena mengikuti undangan tersebut.
Acara Dimulai
Acara ini dibuka dengan menyanyikan
lagu Indonesia Raya. Setelah itu, Rian Ibram memulai acara
dengan mengenalkan Hutan Itu Indonesia dan BPN kepada kami, para peserta.
“Hutan itu Indonesia merupakan sebuah gerakan
terbuka yang percaya akan pesan positif dan tentu saja untuk menumbuhkan rasa
cinta kepada hutan yang ada di Indonesia dan ini sangat berpengaruh kepada
kehidupan kita,” kata Rian Ibram.
Sementara BPN sendiri merupakan platform
digital seluruh blogger perempuan di Indonesia. Dimana dalam komunitas yang
berkembang sangat pesat dari tahun 2015 tersebut, bisa belajar dan menginspirasi
satu dan lainnya melalui konten masing-masing blogger.
Rian juga menjelaskan tentang adopsi
hutan. Menurutnya, adopsi merupakan saling membantu dana atau donasi. Nantinya dana
tersebut digunakan untuk penjagaan suatu Kawasan hutan yang dikelola oleh
masyarakat atau penjaga hutan yang ada di wilayah tersebut. Dengan mengadopsi
hutan, artinya mengapresiasi kehidupan disana termasuk di Indonesia.
Hutan Itu Indonesia berkolaborasi
dengan kelompok penjaga hutan yang mensosialisasikan aksi adopsi hutan. Ini
merupakan contoh tindakan nyata untuk melindungi hutan dan keanekaragaman hayatinya.
Sejak tahun 2016 hingga 2019, Hutan Itu Indonesia sudah mengumpulkan dana adopsi
hutan Rp 640.900.000 dalam upaya konservasi dan restorasi di 14 hutan hujan
tropis bersama 4 lembaga pengelolaan adopsi pohon.
Setelah penjelasan tersebut, Rian
Ibram mengadakan games seru agar suasana meeting tak terlalu
tegang. Permainan dimulai dengan menghitung jumlah flora dan fauna, manusia, dan
tebak kata. Semua pertanyaan dijawab melalui chat box yang ada di Zoom dan
dinilai dengan jawaban tercepat serta jawaban yang paling benar. Namun sayang,
saya kurang beruntung dalam menjawab pertanyaan tersebut sehingga tidak menang.
Sebelum mendengarkan penjelasan dari narasumber, kami menyaksikan video cerita hutan dari penjaga hutan air tenang. Dalam video
tersebut, KKI Warsi menggagas program pohon asuh untuk membantu masyarakat adat
dan lokal dalam melindungi kawasan hutan.
“Dengan adanya pohon asuh, para pihak
yang punya kepedulian terhadap hutan bisa berpartisipasi dengan mangasuh pohon,”
kata Fredy Yusuf (KKI Warsi).
Dalam video tersebut terucap harapan
kepada pemerintah dan masyarakat untuk berkomitmen dalam menjaga hutan karena
hutan merupakan salah satu penyanggah kehidupan masyarakat. Selain itu untuk
menghindari erupsi atau longsor. Hutan juga bisa menghasilkan listrik bagi
masyarakat karena menggunakan mikrohidro atau pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan aliran air sungai, dalam hal ini sungai yang berada di sekitar
hutan.
Para Narasumber
Christian Natalie
Hutan di Indonesia sangat kaya akan
kenakeragaman hayatinya. Namun kondisi hutan di Indonesia sedang tidak baik. Kebakaran
hutan, longsor, maupun banjir tak lepas dari campur tangan manusia. Oleh karenanya
harus mengkampanyekan penanganan masalah atau kondisi tersebut lewat tulisan agar kondisi hutan bisa menjadi lebih baik lagi.
Sudah banyak hutan yang
berkurang dan dijadikan lahan terbuka di Indonesia. Hal tersebut bisa dirasakan melalui suhu
atau iklim yang semakin panas. Dan saat ini hutan di Indonesia masih tersisa sekitar 4
kali negara Jepang. Hampir setiap tahun selalu berkurang. Hutan di Indonesia berkurang sejak tahun 1998.
“Kita harus menjaga
hutan agar tidak berkurang. Dan hutan tropis kita berada di peringkat ketiga
setelah Brazil dan Kongo,” kata Christian Natalie.
Awalnya adopsi hutan bermula dari
adopsi pohon. Namun konsep tersebut berubah karena hutan bukan sekedar pohon, melainkan banyak flora dan fauna didalamnya. Keistimewaan hutan di Indonesia,
Leuser contohnya merupakan satu-satunya hutan tropis di dunia yang memiliki 4
megafauna yakni Badak, Harimau Sumatera, Gajah, dan Orangutan.
Selain itu menjadi pusat penelitian domestik atau internasional, bisa dikembangkan sebagai ekowisata, dan juga sebagai sumber ilmu pengetahuan kehutanan dan keanekaragaman hayati. Stasiun Riset Soraya, misalnya.
Program adopsi hutan sudah berdiri dari tahun 2016. Terinspirasi oleh program pohon asuh dari KKI Warsi. Bagi masyarakat
yang tidak melanjutkan adopsinya, maka pohon yang diadopsi akan dialihkan ke donator
lain. Pasalnya dana tersebut nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan hutan. Dan baru-baru
ini, Norwegia memberikan donasi kepada Indonesia.
Irham Hudaya Yunardi
Masalah utama yang dihadapi di hutan
leuser adalah penebangan liar (illegal logging), perambahan, dan
lainnya. Ancaman tersebut merupakan ancaman nyata bagi kita semua. Beruntung dunia sedang
dihadapi pandemik global seperti Covid-19 sehingga bisa memulihkan sedikit kondisi
hutan.
Dalam live meeting on Zoom, dijelaskan
juga tentang Stasiun Penelitian Soraya. Stasiun tersebut terletak di Desa Pasir
Belo, Subulussalam, Provinsi Aceh. Stasiun penelitian tersebut berada di Kawasan
Ekosistim Leuser dengan luas 500 hektar dan dikelola Dinas Lingkungan Hidup
yang bekerjasama dengan Forum Konservasi Leuser dan KPH Wilayah IV Aceh.
“Stasiun penelitian ini tidak hanya
menjadi pusat edukasi atau riset, tapi menjadi pos jaga 26 tim ranger,” kata
Irham.
Stasiun Penelitian Soraya dibangun
pada tahun 1994. Namun pada tahun 2001, stasiun tersebut dibakar dan ditutup
akibat konflik Aceh. Dan setelah 15 tahun berlalu, Stasiun Penelitian Soraya diaktifkan
kembali. Pasalnya banyak keanekaragaman hayati yang menjadi penyangga Taman Nasional
Gunung Leuser.
Satya Winnie
Menurut Satya Winnie, berbicara tentang Leuser, hutan tropis tersebut memiliki paket yang lengkap. Disana bisa mandi air panas, mandi di sungai, lihat orang hutan, gajah, dan badak serta kenaekaragaman hayati lainnya.
Satya Winnie juga menjelaskan tentang Desa
Ketambe, Aceh. Di sana terdapat berbagai keanekaragaman hayati. Selain itu
harus menjaga norma saat berkunjung ke hutan.
“Tanpa gadget, kita bisa hidup. Tapi tanpa
hutan, kita akan mati karena di dunia ini dimiliki sama hutan. Udara dan air
bersih dari hutan,” ujar Satya Winnie.
Salah satu hal yang paling
menyenangkan bagi Satya Winnie adalah bisa menjumpai banyak orangutan di Leuser. Dia mengatakan bahwa kita bisa memberikan
makanan, namun hal tersebut masih menuai pro dan kotra dalam memberikan makanan kepada
hewan liar. Para guide juga dilatih untuk menegur pengunjung yang berisik saat
berhadapan dengan orangutan.
Satya Winnie juga mengatakan bahwa ada berbagai pohon
yang usianya ratusan tahun di ketambe. Diharapkan pohon-pohon tersebut tetap dijaga agar anak cucu atau generasi penerus kita bisa
merasakan dan mengetahui adanya pohon yang sangat besar dan berusia ratusan
tahun.
Banyak hutan yang
beralih menjadi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Berbicara tentang masalah tersebut
seperti mendapat buah simalakama bagi kita, masyarakat, maupun pemerintah. Pasalnya, Indonesia mendapatkan 1 Juta Dollar
dari Norwegia untuk mengurangi karbon. Uang bantuan tersebut digunakan
untuk kepentingan lingkungan. Dari hal tersebut tampak jelas bahwa Norwegia menentang industri kelapa sawit. Namun di
sisi lain, di Norwegia pernah ada pameran produk kelapa sawit Indonesia.
Dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit sangat besar. Khususnya bisa berdampak pada ekologi, ekonomi, sosial, budaya, konflik lahan, sumber daya agraria, pencemaran lingkungan, pemanasan global, pencemaran air, tanah, dan udara. Dengan adanya aktivitas yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan mengakibatkan kerusakan terhadap kawasan terus bertambah.
Perlu diingat bahwa Sumatera Utara dinobatkan sebagai produsen kelapa sawit terbesar ke dua di
Indonesia, dengan luas lahan sekitar 2,5 juta Ha. Selama ini limbah batang
sawit setelah replanting, karena tidak boleh dibakar, petani mencacahnya
hingga dibiarkan busuk. Hal tersebut menimbulkan masalah baru, hama, karbon
padahal itu bisa dimanfaatkan untuk perkayuan menjadi pintu, jendela, lemari,
kayu lapis dan fancy flooring.
Dengan
sedikit usaha, batang sawit yang dianggap limbah bisa mempunyai
nilai ekonomis. Hal itu sudah dipamerkan di Jerman, Postdam 28-29 Juni dan di
Saarbrucken pada 26 Juni 2019. Tanggapan Jerman sangat positif dan antusias. Begitu juga dengan parfum dari kemenyan. Ternyata kemenyan merupakan pengikat parfum yang sangat baik, sehingga tidak
butuh alkohol.
Pengembangan parfum kemenyan berada di LHK Aek Nauli. Parfum
ini menjadi buah bibir di Jerman. Kemenyan juga dimanfaatkan untuk pembuatan
propolis yang berkhasiat sebagai anti mikroba, antibiotik alami, dan juga anti
kanker. Dengan
demikian, pembahasan tentang kelapa sawit ini terdapat sisi positif dan negatif.
Satya Winnie memaparkan bahwa area Leuser yang paling banyak beralih
menjadi perkebunan kelapa sawit terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Satya
Winnie pernah mengikuti last place on earth challenge, dimana dia mengikuti atau memotong kelapa sawit illegal secara langsung. Tujuannya agar tidak ada lagi
kebun sawit illegal.
“Kepada pemerintah daerah Sumatera
Utara, pemprov. Itu kayak aku pengen kasih toa gitu. Karena hutan kita yang
habis dibabat untuk kelapa sawit berada di Sumatera Utara,” ucap Satya Winnie.
Satya Winnie berharap semua blogger
menyuarakan agar hutan tetap dijaga. Tidak semua hutan beralih ke perkebunan kelapa
sawit. Pasalnya kita butuh hutan agar tetap ada, terutama di Sumatera Utara karena banyak hutan beralih ke perkebunan kelapa sawit.
Hutan
Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia dengan
hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain forest) Kalimantan dan Papua.
Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), sebuah lembaga independen pemantau
hutan Indonesia, sejumlah 82 hektare luas daratan Indonesia masih tertutup
hutan.
Ini merupakan satu prestasi membanggakan
mengingat hutan merupakan salah satu pendukung yang sangat penting bagi
keseimbangan alam. Hutan tropis di Indonesia menyimpan banyak potensi energi
mikrobiologi yang sangat diperlukan dunia.
Energi
mikrobiologi sebagai generasi kedua dan ketiga sumber energi di dunia. Energi
mikrobiologi hanya dapat ditemukan di hutan hujan tropis dan keanekaragaman
hayati.
Melihat betapa pentingnya hutan bagi masa
depan, namun betapa memprihatinkan mengingat laju kehilangan hutan di Indonesia
begitu cepat. Data kehilangan tutupan pohon tahun 2015 yang diolah oleh
Laboratorium Global Land Analysis & Discovery (GLAD) dari Universitas
Maryland, menunjukkan bahwa kehilangan tutupan pohon di Indonesia tetap tinggi
antara tahun 2001 dan 2015. Angka
kehilangan tutupan pohon ini bahkan belum mempertimbangkan secara keseluruhan
data kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di penghujung tahun 2015.
Kehilangan tutupan hutan di Indonesia meningkat tajam di
tahun 2012, yakni seluas 928.000 hektar (2,3 juta acre). Angka ini kemudian
turun secara signifikan pada 2013 dan kemudian meningkat kembali pada 2014 dan
2015, yakni masing-masing seluas 796.500 hektar (2 juta acre) dan 735.000
hektar (2,8 juta acre).
Dana Lingkungan Hidup, World Wildlife Fund,
memprediksi Kalimantan akan kehilangan 75 persen luas wilayah hutannya pada
2020 menyusul tingginya laju deforestasi. Dari sekitar 74 juta hektar
hutan yang dimiliki Kalimantan, hanya 71% yang tersisa pada 2005. Sementara
jumlahnya pada 2015 menyusut menjadi 55%. Jika laju penebangan hutan tidak
berubah, Kalimantan diyakini akan kehilangan 6 juta hektar hutan hingga 2020,
artinya hanya kurang dari sepertiga luas hutan yang tersisa.
Sungguh miris sekali melihat
kondisi hutan yang digunduli dan ditanami tanaman kelapa sawit. Padahal seperti
yang kita tahu bawa kelapa sawit banyak menyisakan kerusakan pada tanah.
Sekitar 45% kelapa sawit diimpor oleh Eropa untuk memproduksi biodiesel.
Pengguna minyak sawit untuk biodiesel meningkat enam kali lipat antara tahun
2010-2014.
Jumlah minyak sawit yang diimpor
Eropa dari Indonesia tahun 2012 saja membutuhkan lahan produksi seluas 7.000
kilometer persegi. Bayangkan, kawasan seluas itu bisa dijadikan habitat untuk
sekitar 5.000 orangutan.
Ambisi Eropa mengurangi jejak
karbonnya menjadi petaka untuk hutan Indonesia. Demi membuat bahan bakar
kendaraan yang ramah lingkungan, benua biru itu mengimpor minyak sawit di
Indonesia dalam jumlah besar.
Acara live meeting on Zoom dari Hutan Itu Indonesia X Blogger Perempuan Network (BPN) ditutup dengan pengumuman pemenang lomba blog Adopsi Hutan. Selain itu diumumkan juga pemenang dari games menarik di awal pembukaan acara dan pertanyaan terbaik. Dan Alhamdulillah saya masuk ke pertanyaan terbaik.
Live meeting on Zoom tersebut diharapkan bisa menginspirasi dan memberikan manfaat untuk semua masyarakat. Saling menjaga dan melestarikan hutan agar alam yang dititipkan oleh anak cucu kita bisa terjaga keindahannya. Ayo bantu kurangi kerusakan hutan!
Tanpa hutan, cadangan air akan habis, bencana hidrologis mudah terjadi
ReplyDeleteBetul, bang. Ayo lestarikan hutan dengan mengadopsi hutan, bang. Mari suarakan kepada masyarakat juga.
DeleteSekarang saya tinggal di pedalaman P. Sumatera, kerasa banget dampak berkurangnya hutan ini. Sayangnya masih banyak yang lebih terdorong faktor ekonomi utk mengalihfungsikan lahannya menjadi lahan sawit, dll. Semoga dengan semakin banyak yang mengedukasi masyarakat seperti program ini, kita bisa bersama-sama menyelamatkan hutan Indonesia.
ReplyDeleteCongratz Mas, dah menang sebagai penanya terbaik.
Terima kasih banyak, kak.
DeleteKakak di P Sumatera daerah mananya? Sudah tak di Batam lagi ya kak?
Memang kalau bicara perkebunan kelapa sawit ini bagai dua mata pisau, kak. Tapi sedih banget kalau semua hutan dijadikan lahan sawit.
Hutan adalah paru-paru bumi. Bener banget, hutan punya dampak positif yang banyak banget buat kehidupan ini. Meski tidak produktif dan menghasilkan, merawat hutan ini adalah tindakan yang sangat perlu digaungkan. Salut sama masnya yang bahas soal isu ini! Keren!!!
ReplyDeleteAsyik banget acara gathering online-nya, Kak. Banyak ilmu dan pengalaman baru terutama buat aku yang bukan aktivis hutan. Semoga banyak orang yang tergerak buat melestarikan hutan lewat adopsi hutan. Jadi mupeng jalan-jalan ke hutan :)
ReplyDeletebener banget sih dengan menjaga hutan, Indonesia akan tetap ada. Saat ini untuk ikut andil menjaga hutan nggak harus turun ke hutan ya, bisa dengan program Adopsi Hutan. :)
ReplyDeleteacaranya kemarin seru bangeeet, diajak jalan2 virtual :)
Acara gathering onlinenya keren banget ya. Bikin mupeng pengen jalan-jalan beneran ke hutan beneran juga.
ReplyDeleteHanya dengan berkunjung virtual saja, kita sudah merasakan betapa hutan Leuser ini indah sekali.
ReplyDeleteBikin penasaran saya yang ingin segera berkunjung kesana.
Sedih ya dengernya..sebagai blogger kita bisa bantu kampanye adopsi hutan via blog ya..
ReplyDeleteKereen resume nya Bg Alfie... Bagus²nyaa gambar² dr Kak Satya Winnie..serasa kita ikut masuk ke dalam hutan
ReplyDeleteSebenarnya programnya cukup simpel ya kak.. kita cukup mengadopsi sebagai bukti bahwa kita peduli dengan nasib hutan indonesia. Konsep ini mirip seperti di beberapa kebun binatang ya kak, setiap binatang punya orangtua asuhnya.
ReplyDeletePermasalahan-permasalahan yang muncul seputar hutan ini erat kaitannya dengan kesadaran kita sebagai individu dan juga pemerintah yang notabene punya hukum sebagai perlindungan terhadap hutan.
ReplyDeleteNamun, seperti yang kita ketahui bersama seringkali praktek di lapangan berbeda
Ada sisi positif dan negatifnya pohon sawit ini ya bang, semoga pemerintah punya aturan yang tegas ttg perkebunan kelapa sawit ni gak bisa bayangin hutan sumatera sumatera semua jadi perkebunan semua
ReplyDeleteKiTa bukan hanya butuh Hutan agar Indonesia tetap ada, Tapi bumi ini bang. Hutan adalah salah satu unsur terpenting untuk kehidupan kita. Dengan mengadopsi hutan, salah satu cara kita menyelamatkan bumi ya bang.
ReplyDeleteHutan menopang kehidupan manusia. Deforestasi yang dilakukan akibat bertambahnya jumlah populasi manusia di bumi mau tak mau memberikan banyak dampak berkurangnya luas areal hutan untuk menjadi hunian dan sumber kehidupan lainnya. Semoga gerakan adopsi hutan dapat menyeimbangkan kedua sisi kehidupan tersebut.
ReplyDeleteSemoga gerakan ini terus tumbuh dan berkembang seiring kesadaran kita akan pentingnya hutan, terus berkesinambungan 🙏😀
ReplyDeleteBaru tau lah bang ada gerakan adopsi hutan, sampe segitunya ya udah saking pemerintah kayak yaa gitu, aku setuju dg pernyataan Satya, mewakili isi hatiku 👍
ReplyDelete