Sekitar pukul 11 siang, saya dan Pak Endang Sumantri bertolak ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Setelah dari Wisata Kotta Cinna, Medan Marelan. Tanggal 15 november 2020 kemarin.
Ya, saat itu hujan melanda kota Medan. Dengan mengendarai sepeda motor, kami sempat berhenti di warung kopi yang ada di Jalan Asrama Medan.
"Berhenti sebentar di warung kopi," kata Pak Endang yang merupakan Travel Writer.
Setengah jam berlalu. Hujan sudah tak terlalu deras. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang.
Tanpa mengenakan jas hujan, kami melaju dengan pelan. Tak terlalu kencang karena jalanan sedikit licin.
Jalan yang kami lalui adalah Jalan Asrama menuju Jalan Ring Road. Kemudian belok kanan menuju Jalan Bunga Asoka. Setelah itu ke Jalan Bunga Raya.
Penangkaran Buaya Asam Kumbang berada di Jalan Bunga Raya II, Asam Kumbang, Medan Selayang, Sumatera Utara. Letaknya sekitar 100 meter dari Jalan Bunga Raya.
"Parkir di sana," kata seorang wanita saat kami tiba di Penangkaran Buaya Asam Kumbang.
Setelah parkirkan sepeda motor, kami langsung masuk ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Namun sebelumnya harus membayar tiket masuk dan uang parkir terlebih dahulu.
"Bayar Rp25 ribu," kata wanita tersebut.
Untuk tiket masuk, mereka mengutip Rp10 ribu per orang. Sedangkan untuk parkir kendaraan dikenakan Rp5 ribu.
Aroma bau amis sudah tercium saat memasuki Penangkaran Buaya Asam Kumbang tersebut. Betapa tidak, penangkarannya tepat di depan pintu masuk, namun tak terlalu bahaya karena dipagar sekitar 1 meter.
Penangkaran Buaya Asam Kumbang berdiri di lahan sekitar 2 hektare. Sudah ada sekitar 61 tahun.
Pemiliknya bernama Lo Kie Yoe atau Lo Than Muk, seorang pria kelahiran Aceh Timur. Beliau memang gemar memelihara hewan, terutama buaya.
"Awalnya buaya ada 12 ekor. Ditemukan di sekitar sungai atau rawa-rawa di Medan," kata pawang Buaya.
Penangkaran Buaya Asam Kumbang kini diteruskan oleh istrinya, Lim Hu Chu. Pada tahun 2008 kemarin, Lo Than Muk wafat.
Saat ini buaya-buaya tersebut sudah berkembang biak sekitar 2.800 ekor. Dalam perhari, buaya-buaya tersebut menghabiskan sedikitnya 1 ton daging sejenis ayam.
Taman Buaya Asam Kumbang merupakan penangkaran buaya terbesar di Indonesia. Bahkan saat ini digadang sebagai penangkaran buaya terbesar se Asia Tenggara.
Buaya-buaya yang ada di Taman Buaya Asam Kumbang tersebut ada yang diletakkan di bak. Luasnya sekitar 6 meter dengan tingginya sekitar 1 meter.
Setiap buaya dipisahkan berdasarkan umurnya. Dan setiap bak, terdapat beberapa ekor buaya.
Selain di dalam bak, ada juga buaya yang diletakkan di dalam telaga. Luasnya sekitar 1 hektare dengan kedalaman sekitar 3 meter.
Telaga tersebut dibatasi dengan tembok atau teralis setinggi 2 meter agar pengunjung bisa melihatnya.
"Ada buaya yang usianya 47 Tahun dan 29 Tahun yang dipisahkan," kata pawang Buaya.
Saya pun mengelilingi Taman Buaya Asam Kumbang. Ternyata ada bayi-bayi buaya di sana.
Lantas, pawang Buaya menjelaskan kalau bayi-bayi tersebut sengaja dijemur agar tidak kena penyakit.
Pawang Buaya menawarkan kami untuk membeli daging ayam. Tujuannya untuk memberi makan buaya di sana.
Harganya sekitar Rp30 ribu. Namun ternyata pak Endang Sumantri lebih tertarik untuk berphoto dengan buaya.
Untuk photo dengan buaya, pengunjung dikenakan biaya Rp5 ribu per orang. Tenang saja dan jangan takut karena buaya tersebut dilakban mulutnya.
Sesekali matanya ditutup dengan kain. Kita bisa mengangkat atau bahkan mencium buaya tersebut sambil berphoto.
Ada perbedaan antara buaya jantan dengan betina. Biasanya buaya jantan memiliki ukuran 3 hingga 5 meter, sedangkan buaya betina rata-rata memiliki ukuran 2,5 hingga 3 meter.
Kami tak memiliki waktu yang banyak saat itu karena pak Endang Sumantri harus balik ke Batam. Akhirnya kami pun kembali pulang.
Sebenarnya ini merupakan kedua kalinya saya ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Saya pernah ke sana bersama Carlos, teman saya dari Spanyol. Kami ke sana sekitar tahun 2018 lalu.
Waktu itu Carlos tidak terlalu suka dengan Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Menurutnya, buaya-buaya disana harus dilepaskan di habitatnya. Dibiarkan bebas.
Dia pun mengatakan kalau sebenarnya buaya-buaya di sana merupakan reptile yang dilindungi.
Ada beberapa jenis buaya di Taman Buaya Asam Kumbang, yakni buaya muara dan buaya senyulong. Nah, buaya-buaya tersebut merupakan reptile yang dilindungi.
Mungkin itu sebabnya Carlos mengatakan kalau buaya-buaya tersebut harus dilepas di alamnya.
No comments