Sisik ikan merupakan salah satu potensi limbah yang tak banyak dilirik manfaatnya. Limbah sisik ikan sering kali dibuang hingga memenuhi tempat pembuangan sampah dan mengotori lingkungan, termasuk pasar.
Namun siapa sangka jika di Kota Batam, ada pengrajin bunga yang bahan bakunya berasal dari sisik ikan dan bisa menghasilkan pundi-pundi uang. Bahkan, hasil kerajinan diekspor hingga Malaysia dan Singapura.
Monalisa, seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu membuat kerajinan bunga dari limbah sisik ikan. Berawal dari hobi menanam bunga untuk menghiasi rumah, beliau memiliki ide untuk membuat kerajinan dari limbah sisik ikan. Bisa dibilang sebagai penyelamat lingkungan yang sangat kreatif.
Menurutnya, sisik ikan bisa menjadi nilai ekonomis. Dahulu saat ke pasar, Monalisa selalu mengumpulkan limbah yang tak dilirik orang tersebut. Kemudian dibawa pulang ke rumah dan dibersihkan. Lalu dijadikan bunga. Kini setelah usahanya berkembang, ada pemasok sisik ikan yang sering mengantar ke rumahnya.
“Target kita itu, Ibu-ibu. Dari Singapura dan Malaysia lebih suka bunga-bunga sisik ikan dan gonggong. Bahannya ada dari pasar dan sekarang diantar,” katanya.
Cara pembuatannya pun tak terlalu sulit. Sisik ikan dibersihkan dan direndam dengan air deterjen agar tidak berlendir. Kemudian dijemur sekitar 2 jam. Untuk mewarnainya, rebus sisik ikan tersebut dengan pewarna tekstil.
Waktu perebusan tak terlalu lama agar sisik ikan tidak lengket, antara satu dan lainnya. Selesai direbus, diamkan sejenak sisik ikan di dalam rebusan. Lalu dicuci dan dijemur kembali.
Saat dirangkai menjadi bunga, sisik ikan dilubangi menggunakan mesin. Setelah itu, sisik ikan ini dijadikan satu hingga membentuk kelopak bunga. Sedangkan untuk tangkai, Monalisa menggunakan kawat yang dibalut dengan pita berwarna emas.
Selain bunga sisik ikan, Monalisa juga membuat kerajinan dari gonggong, bahasa lain dari siput atau kerang di Kepulauan Riau. Hasil kerajinan yang berasal dari sisik ikan ini dijual mulai harga Rp100 ribu. Namun untuk bunga gonggong dijual mulai Rp50 ribu.
Hasil kerajinan ini diekspor hingga Malaysia dan Singapura. Siapa sangka kalau sisik ikan bisa dimanfaatkan menjadi hasil kerajinan yang bernilai ekonomis.
Kegiatannya ini sudah berjalan sejak 8 tahun lalu. Selain kerajinan bunga, Monalisa juga membuat kerajinan kotak tisu, penutup minuman mineral, dan kerajinan lainnya yang terbuat dari bahan akrilik.
“Terkadang ada pameran yang kami ikuti. Kami juga buat kerajinan dari bahan akrilik,” ucapnya.
Jika di tangan orang kreatif, maka limbah yang tak bernilai itu bisa disulap menjadi produk indah yang bernilai ekonomis tinggi. Limbah sisik ikan bisa menjadi bahan utama dalam membuat kerajinan tangan seperti perhiasan dan bunga untuk memperindah rumah.
Limbah sisik ikan bisa disulap menjadi tempat pensil atau miniatur kecil lainnya. Limbah sisik ikan sangat unik dan artistik, namun belum banyak orang yang dapat memikirkan dan memanfaatkannya untuk menjadi sesuatu yang indah.
Indonesia merupakan negara maritim. Dua pertiga wilayahnya merupakan perairan. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi ikan laut untuk tahun 2020 mencapai 1.549.963 ton.
Jumlah sebanyak itu, pasti menghasilkan limbah sisik ikan yang melimpah. Masyarakat hanya memanfaatkan ikan untuk memakan dagingnya, namun lupa akan sisik ikan yang bisa diolah menjadi kerajinan bernilai ekonomis tinggi.
Sisik ikan yang dianggap limbah ini memiliki bau tak sedap sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan. Namun ternyata bisa dijadikan sebagai peluang usaha seperti Monalisa, pemilik Zahra Akrilik. Usahanya ini terletak di daerah Bengkong Sadai, Kota Batam, Kepulauan Riau.
No comments