Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki akal dan pikiran. Hal tersebut yang membedakannya dengan alam dan hewan. Namun karena perbedaan itu, manusia dengan mudahnya membajak seluruh isi bumi. Hewan yang dilindungi semakin punah dan mati. Bagitu pula dengan hutan yang semakin habis untuk kepentingan industri.
Akibatnya bisa terjadi perubahan iklim. Kenaikan suhu bumi tidak terbendung lagi. Berbagai aspek kehidupan pun terjadi seperti memburuknya kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.
Saya tergabung dalam Eco Blogger Squad dari Blogger Perempuan Network. Kami membahas kondisi perubahan iklim bersama Anggalia Putri Permatasari dari Yayasan Madani Berkelanjutan sebagai narasumber dengan tema: “Bumi Semakin Panas, Kode Merah Untuk Kemanusiaan”.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang merupakan komunitas ilmuwan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan ‘kode merah untuk kemanusiaan’ kepada para politisi dunia mengenai dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim menjadi perhatian para ilmuwan, aktivis lingkungan, dan juga PBB. Dampak perubahan iklim yang semakin terihat nyata dari waktu ke waktu membuat isu ini sulit untuk diabaikan meski kurang populer bagi publik umum.
IPCC mengatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh manusia dan telah mempengaruhi banyak cuaca serta iklim ekstrem di seluruh dunia. Emisi dari gas rumah kaca akibat aktivitas manusia telah menyumbang 1,1 derajat celcius peningkatan panas bumi. Suhu tersebut diprediksi akan mencapai 1,5 derajat hanya dalam dua dekade mendatang.
Aktivitas manusia yang memproduksi emisi gas rumah kaca kemudian membuat lapisan atmosfer menebal sehingga panas bumi terperangkap. Akhirnya, kenaikan suhu bumi tak bisa terhindarkan. Variabilitas kenaikan suhu bumi dalam jangka waktu panjang inilah yang disebut perubahan iklim.
Pemanasan suhu bumi sejak masa pra-industri selama 20 tahun ke depan akan menyebabkan kondisi lingkungan lebih buruk jika tidak segera diatasi. Krisis iklim yang sangat dikhawatirkan oleh penggiat lingkungan bisa saja terjadi di tahun 2050.
Sejak 1970, suhu permukaan global telah meningkat lebih cepat dari pada periode 50 tahun lainnya selama 2 ribu tahun terakhir. Bencana tersebut dapat dihindari jika dunia bertindak cepat. Ada harapan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca dapat menstabilkan kenaikan suhu.
Upaya yang dilakukan dalam memerangi risiko krisis iklim adalah mengimplementasikan pengurangan emisi gas karbondioksida dan gas rumah kaca. Pengurangan emisi gas secara drastis dalam skala yang luas akan menghindarkan ancaman kenaikan suhu bumi hingga 1,5 derajat celcius.
Jika emisi gas di dunia dapat mencapai angka nol pada tahun 2050, maka pemanasan suhu bumi di tahun tersebut dapat mencapai 1,6 derajat celcius. Namun, apabila pengurangan emisi gas tidak segera diwujudkan, peningkatan suhu bumi akan mencapai 2,4 derajat celcius. Artinya, potensi bencana yang diakibatkan krisis iklim juga semakin besar.
Dampak Perubahan Iklim
Dampak yang akan kita rasakan saat suhu global naik tergantung pada banyak faktor seperti kecepatan, durasi, besarnya pemanasan, lokasi geografis, dan tentang bagaimana manusia merespons melalui opsi adaptasi dan mitigasi. Suhu meningkat pada kecepatan yang berbeda di satu lokasi dan lainnya, dengan pemanasan umumnya lebih tinggi di wilayah daratan daripada lautan.
Berikut risiko terkait iklim yang dirasakan jika pemanasan global mencapai 1,5 derajat Celsius dan 2 derajat Celsius.
- Kekeringan.
Laporan IPCC menemukan bahwa membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius secara signifikan meningkatkan kekeringan dan risiko terkait ketersediaan air di beberapa wilayah, terutama di Mediterania (termasuk Eropa Selatan, Afrika Utara dan Timur Dekat), Afrika Selatan, Amerika Selatan, hingga Australia. Saat suhu meningkat jadi 2 derajat Celsius, lebih dari 61 juta orang yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami kekeringan lebih parah.
- Ketersediaan Air.
Saat suhu meningkat 1,5 derajat Celsius, setengah penduduk bumi akan mengalami kelangkaan air karena perubahan iklim. Ini tergantung pada kondisi sosial ekonomi di masa depan, meskipun derajatnya akan bervariasi tergantung wilayah.
Orang-orang di daerah aliran sungai, terutama di Timur Tengah dan Timur akan sangat rentan. Sekitar 184 sampai 270 juta orang diproyeksikan akan mengalami peningkatan kelangkaan air pada tahun 2050, ketika suhu naik 1,5 derajat Celsius. Risiko penipisan air tanah diproyeksikan lebih besar pada ambang suhu yang lebih tinggi juga.
- Suhu Dingin Ekstrem.
Di lintang tinggi Bumi, malam terdingin akan menjadi sekitar 4,5 derajat Celsius lebih hangat pada 1,5 derajat pemanasan global. Sementara saat suhu meningkat menjadi 2 derajat Celsius, suhu malam hari sekitar 6 derajat Celsius lebih hangat.
Wilayah daratan Arktik akan mengalami suhu dingin ekstrem mencapai 5,5 derajat Celsius pada pemanasan 1,5 derajat Celsius. Sedangkan pada pemanasan 1,5 hingga 2 derajat Celsius, suhu dingin ekstrem akan mencapai 8 derajat Celsius lebih hangat.
- Gelombang Panas.
Menurut laporan IPCC, suhu ekstrem di darat diproyeksikan lebih hangat daripada suhu permukaan rata-rata global, dengan perbedaan substansial dari satu tempat ke tempat lain. Sebagian besar wilayah daratan akan mengalami hari-hari yang lebih panas, terutama di daerah tropis.
Pada kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius, sekitar 14% populasi bumi akan terkena gelombang panas yang parah setidaknya sekali setiap lima tahun. Sementara pada pemanasan 2 derajat Celsius, jumlah populasi bumi yang mengalami gelombang panas melonjak menjadi 37 persen setiap lima tahun.
Gelombang panas ekstrem akan meluas pada pemanasan 1,5 derajat Celsius. Dengan kata lain, jika kita berhasil membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius, kita dapat menolong 420 juta orang terpapar gelombang panas. Jumlah orang yang terpapar gelombang panas lebih sedikit, sekitar 65 juta orang.
- Hari Terpanas.
Pada pemanasan global 1,5 derajat Celsius, orang yang tinggal di garis lintang tengah bumi akan merasakan hari terpanas mencapai 3 derajat Celsius lebih panas. Sementara saat suhu meningkat 2 derajat Celsius, hari terpanas di garis lintang tengah juga meningkat jadi 4 derajat Celsius lebih hangat.
Suhu ekstrem terpanas akan berada di Amerika Utara Tengah dan Timur, Eropa Tengah dan Selatan, Mediterania (termasuk Eropa Selatan, Afrika Utara dan Timur Dekat), Asia Barat dan Tengah, dan Afrika Selatan. Suhu panas yang lebih lama akan mempengaruhi daerah padat penduduk.
Pada pemanasan di atas 1,5 derajat Celsius, kota-kota besar kemungkinan akan mengalami tekanan panas, berpotensi mengekspos 350 juta lebih banyak orang pada tahun 2050. Pada pemanasan 2 derajat Celsius, gelombang panas mematikan yang dialami India dan Pakistan pada tahun 2015 dapat terjadi setiap tahun.
Saatnya Kita Selamatkan Bumi dari Sekarang!
Tindakan yang harus kita lakukan dalam dalam mengatasi, mengurangi, dan mencegah pemanasan global adalah dengan mengubah perilaku kita sendiri sebagai manusia. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi pemanasan global:
A. Menanam Pohon.
CO2 digunakan tanaman untuk berfotosintesis, maka penanaman pohon dalam jumlah banyak akan menjadi solusi untuk mengurangi jumlah CO2 di atmosfer.
B. Melestarikan Hutan.
Hutan memiliki banyak fungsi antara lain sebagai paru-paru dunia yang menyuplai Oksigen. Hutan menjadi sumber keanekaragaman hayati karena tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna. Selain itu sebagai sumber cadangan air, dan sebagainya.
Fungsi hutan begitu penting dalam mengurangi dampak pemanasan global. Oleh sebab itu, kita perlu menjaga dan melestarikan hutan. Pengalihan fungsi hutan untuk lahan produktif seperti perkebunan kelapa sawit dan lahan pertanian harus dilakukan dengan bijak dan memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian.
Membuka lahan produktif dengan cara membakar hutan dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang serius. Oleh sebab itu, pemerintah perlu membuat kebijakan yang jelas dan tegas mengenai kelestarian lingkungan hidup. Pelaku pembakaran hutan harus ditindak tegas dengan hukuman yang berat agar pelakunya jera karena akibat perbuatan mereka berdampak pada kehidupan orang banyak.
C. Hemat Listrik.
Gas rumah kaca didominasi dari karbondioksida (CO2). Sebagian besar dari CO2 dihasilkan dari pembangkit listrik yang berbahan bakar fosil. Dengan demikian, jika kita berhemat listrik maka secara tidak langsung kita mengurangi kadar CO2 di atmosfer.
D. Mengurangi Penggunaan Mobil dan Uji Emisi Kendaraan Bermotor.
Mobil merupakan penyumbang sumber CO2 terbesar di perkotaan, juga perlu diantisipasi dengan mengubah perilaku orang. Penggunaan mobil pribadi menjadi penyumbang CO2 terbesar bila tidak ada pengaturan penggunaan mobil pribadi dengan baik.
Selain itu, pengecekan rutin uji emisi kendaraan bermotor dapat meminimalisir jumlah gas buangan CO2. Mesin kendaraan yang tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan pembakaran pada mesin menjadi tidak sempurna. Akibatnya performa kendaraan bermotor menjadi kurang baik, terlebih lagi gas buangan hasil pembakaran menjadi lebih banyak.
E. Mengurangi penggunaan bahan perusak Ozon.
Penggunaan bahan perusak ozon seperti yang biasa digunakan pada bahan pelarut dan pembersih, alat pendingin (kulkas dan AC), hair spray, semprotan nyamuk, dan sebagainya secara berlebihan menyebabkan bolongnya lapisan ozon sehingga menimbulkan terjadinya pemanasan global.
Penggunaan bahan perusak ozon dapat dikurangi dengan beberapa cara mengurangi penggunaan AC atau memilih produk elektronik pendingin yang bebas freon, mengurangi penggunaan hair spray, penyemprot cat ataupun semprotan nyamuk yang berbahan aerosol.
F. Hentikan Penggunaan Plastik.
Kantong plastik adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim. Karena, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Plastik terbuat dari minyak bumi dengan proses mengubah komponen minyak bumi manjadi molekul kecil yang disebut monomer. Kegiatan memproduksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel bahan baku minyak. Untuk mengubah minyak bumi menjadi monomer digunakan cara pembakaran. Dari metode inilah banyak gas rumah kaca diemisi ke atmosfer.
Ingat, Bumi adalah titipan anak dan cucu kita. Warisan mereka untuk kita yang harus dijaga. Jadi, selamatkan bumi dari sekarang agar mereka bisa menikmatinya.
Ya allah.. gak tau mau bilang apa lagi setelah membaca artikel ini. Semuanya tu memang benar benar dilakukan dan diakibatkan dr perbuatan manusia. Berharap manusia mau khawatir dan peduli. jk banyak kampanye ttg ini jd makin banyk org yg aware ttg case ini
ReplyDeleteRasanya sepele ya kak, cuma kenaikan satu hingga satu setengah derajat saja. Tapi dampaknya luar biasa buruk buat dunia dan ekosistem. Semoga emisi gas rumah kaca lebih cepat diturunkan agar bahaya di masa mendatang bisa dihindari ya kak.
ReplyDeleteBaru tau ada eco squad dari Blogger Perempuan ya. Pantesan lagi rame yang bahas tentang tema lingkungan dari komunitas ini. Sudah ngerencanain mau rajin nulis tema ini 😁
ReplyDeleteAku deg deg an kalau udah bahas krisis iklim bang. Nah rasa takutku ini aku pakai sebagai alarm sadar, tiap kali jajan mikir kemasannya, tiap kali buang sampah pelan-pelan memilah, intinya lebih bijak aja dalam keseharian bang, apalagi rumtang adalah penyumbang sampah terbesar
ReplyDeleteDulu saya awareness banget tentang ngejaga lingkungan, walaupun ngerasa sendirian. Kalau sekarang ini malah berkurang awarenessnya. Memang begitu ya, kalau ada teman yang sama-sama menjaga lingkungan ini terasa hatinya dikuatkan. Kalau begitu bisalah mengeskplor buat menyadarkan diri lagi dan barangkali bisa pelan-pelan ngajakin orang lain buat sama sama menjaga Bumi.
ReplyDeleteJadi kan, Amerika dari tahun 90an itu udah gencar kampanye tentang bencana-bencana karna perubahan iklim lewat Holywood, krn dgn cara itu manusia skrg diingatkan agar terus sayang dan merawat bumi, lewat media hiburan film, saya sampai skrg sangat menyukai film genre "disaster" Karna itu memang nyata dan akan terjadi ke bumi bila kita tak menjaga nya dgn baik. Maka menyadari hal tsb saya pun mulai mengubah lifestyle dari hal kecil seperti penggunaan barang sehari2, mengurangi sampah, dan waspada efek rumah kaca. Yuk sadari bumi kita perlu dirawat, tumbuhkan minat cinta lingkungan sejak dini pada anak-anak kita terlebih mulai dari rumah.
ReplyDeleteNggak kebayang saat suhu di bumi naik sampe 4 derajat, nggak cuma kekeringan, tapi gletser di ujung Utara dan selatan bumi akan mencair yang akhirnya menyebabkan banyak pulau akan tenggelam karena peningkatan volume air laut. Ahh.. sedih membayangkannya. Semoga bisa lebih baik lagi menjaga bumi.
ReplyDeleteHari terpanas itu ngeri juga ya Fie... sekarang udah terasa ya, masa' pk 9 pagi berasa kayak pk 15 duhh panasnya cetarr membahana. Setuju sekali bahwa kita harus menjaga warisan para leluhur kita yaa, mesti kita jaga sebaik-baiknya. Makasih sharing berfaedahnya Eco Blogger Alfie, keren banget ini artikelnya ^^
ReplyDeletePadahal sebenarnya banyakkkk banget hal-hal kecil dan sederhana yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi akibat perubahan iklim ini. Tinggal kitanya aja mau memulainya sekarang atau tunggu menunggu bumi mendekati ajalnya. Hiiii....seremlah memang gimana ke depannya ini. Ada pandemi covid aja dunia sudah porak poranda. Yuk semangattttt lakukan mitigasi sekuat tenaga kita.
ReplyDelete