Sisa Makanan Bisa Merusak Lingkungan |
Bocah itu langsung lari ke kamar. Ia buru-buru mengganti baju setelah pulang sekolah.
Bahkan ia juga mengabaikan ajakan teman-temannya untuk bermain bola. Anak itu bernama Joko yang masih berusia 8 tahun.
Sehari-harinya, Joko harus mencari barang rongsokan yang dibawa dengan menggunakan karung besar.
Ia harus membantu orangtuanya mencari uang dengan cara memulung supaya bisa makan dan bertahan hidup. Bocah 8 tahun itu selalu mencari barang bekas sepulang dari sekolahnya.
Joko biasanya mulai mencari barang rongsokan dari pukul 10 pagi sampai 9 malam. Dia bahkan harus menempuh jarak yang cukup jauh hingga 10 kilometer saat memulung barang rongsokan tersebut.
Ironisnya, bocah itu ndak bisa mendapatkan uang langsung setiap hari. Joko harus mengumpulkan barang rongsokan itu terlebih dulu.
Kemudian ia menjualnya dan hanya diberikan uang Rp10 ribu tiap minggunya. Ia pun tak merasa jijik, meski harus mencari di tumpukan sampah.
Bahkan terkadang, Joko harus memulung dengan perut keroncongan dan ia cuma bisa minum air putih saja agar rasa laparnya hilang.
Orangtua Joko juga mencari uang dengan cara memulung seperti sang anak. Walau usianya masih kecil, tetapi Joko tak ingin membebani kedua orangtuanya.
Joko pun menggunakan uang yang ia dapatkan untuk kebutuhannya sehari-hari. Ia juga selalu menambung untuk masa depannya.
Ketika pulang dari mencari barang rongsokan, ibunya sudah menyiapkan makanan ala kadarnya. Joko tidak pernah memilih makanan.
"Kadang cuma makan pakai tahu tempe aja. Pernah juga makan nasi yang dicampur garam," katanya sambil tersenyum.
Sejak kecil, Joko selalu diajarkan untuk menghabiskan makanan. Bahkan meski rasa makanannya tidak enak, dia tetap lahap menyantapnya.
Selain susah mencari uang, menurutnya makanan yang sisa juga tidak baik untuk lingkungan. Dia tahu dampak dari sisa makanan terhadap perubahan iklim.
"Ibu bilang kalau makanan sisa bisa membuat bumi semakin panas karena perubahan iklim. Lagian cari uang itu susah toh," ungkapnya.
Joko yang masih kecil telah memberikan edukasi kepada semua orang. Selain sulitnya cari uang untuk hidup, makanan tidak boleh ada yang sisa.
Memang sisa makanan tidak bisa dihindari saat ini. Entah saat masak sendiri di rumah atau pun makan di luar.
Bahkan, menyisakan makanan sudah jadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Mungkin bisa dikatakan "ndablek".
Sampah makanan bisa menghasilkan zat berbahaya bernama metana. Munculnya metana ini menjadi salah satu bahaya sampah makanan.
Bahkan, saking bahayanya, sampah makanan bisa meledak dan menghasilkan masalah penyakit dan lingkungan yang cukup serius.
Dampak Buruk Sampah Sisa Makanan
1. Merusak Iklim
Jejak karbon dari sisa makanan bisa mempercepat perubahan iklim. Hal ini terjadi karena banyaknya makanan yang dibuang saat ini setara dengan 3,3 miliar ton emisi gas rumah kaca.
Limbah makanan adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga. Hal itu disebabkan gas metana yang dihasilkan oleh makanan, dibuang sebagai limbah yang semakin memperparah perubahan iklim dan pemanasan global.
2. Pemborosan 1/3 Luas Lahan Subur Dunia
Makanan yang diproduksi tetapi tidak dikonsumsi hampir mencakup sekitar 1,4 miliar hektar lahan, yang merupakan hampir 1/3 dari lahan pertanian di bumi.
Hal ini sama saja dengan menyia-nyiakan 30 persen tanah subur yang dapat digunakan untuk tujuan lain.
3. Jejak Air Biru
Volume air yang digunakan dalam produksi pangan pertanian sangat besar. Oleh karena itu, jika 30 persen dari semua makanan yang diproduksi terbuang sia-sia, berarti lebih dari 30 persen air tawar yang terbuang percuma.
4. Meledak
Gas metana yang dihasilkan sampah sisa makanan 25 kali lebih berbahaya dari CO2 atau karbondioksida. Penumpukan gas metana berpotensi memicu terjadinya ledakan.
5. Terjadinya Air Lindi
Air lindi berasal dari tumpukan sampah yang tercampur dengan air hujan. Air lindi sangat berbahaya dan beracun, sebab mengandung unsur logam berat seperti timbal, besi, dan tembaga.
Jika tidak diolah dengan baik, maka air lindi akan meresap ke tanah dan mencemari air minum.
6. Ancaman Keberagaman Makhluk Hidup
Secara tidak langsung, sampah makanan juga dapat merusak ekosistem. Jika air lindi masuk ke aliran sungai, maka hal ini akan merusak ekosistem sungai dan makhluk hidup lainnya.
Cara Mengurangi Sisa Makanan
1. Olah dan Simpan di Freezer
Makanan lebihan bisa disimpan di dalam freezer. Selanjutnya dipanaskan kembali keesokan hari.
Bahkan dengan kreativitas masingmasing, sisa makanan bisa diolah menjadi masakan baru.
2. Buat Kompos
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan sampah sisa makanan adalah membuat pupuk kompos. Pupuk ini menggunakan sisa-sisa sayuran, buah-buahan, makanan, kertas-kertas bekas, dedaunan kering, rumput, ranting dan sebagainya.
3. Habiskan Makanan
Menurut UN Food and Agriculture Organization, sampah makanan setiap tahunnya bisa memberi makan 11 persen populasi Indonesia dan 1/3 dari total makanan yang diproduksi di dunia terbuang percuma.
Untuk itu, mulailah mengatur porsi dan selalu habiskan makanan yang ada di piring. Jangan ada makanan yang terbuang.
4. Belanja Cerdas
Saat belanja ke pasar, biasakan beli bajan makanan yang dibutuhkan saja. Jangan kalap belanja!
Jadi, merencanakan terlebih dahulu sebelum membeli adalah sebuah keharusan.
5. Cek Tanggal Kedaluwarsa
Sangat penting untuk mengecek tanggal kadaluarsa sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Jangan sampai membeli produk yang sudah kedaluwarsa.
Ia harus membantu orangtuanya mencari uang dengan cara memulung supaya bisa makan dan bertahan hidup. Bocah 8 tahun itu selalu mencari barang bekas sepulang dari sekolahnya.
Joko biasanya mulai mencari barang rongsokan dari pukul 10 pagi sampai 9 malam. Dia bahkan harus menempuh jarak yang cukup jauh hingga 10 kilometer saat memulung barang rongsokan tersebut.
Ironisnya, bocah itu ndak bisa mendapatkan uang langsung setiap hari. Joko harus mengumpulkan barang rongsokan itu terlebih dulu.
Kemudian ia menjualnya dan hanya diberikan uang Rp10 ribu tiap minggunya. Ia pun tak merasa jijik, meski harus mencari di tumpukan sampah.
Bahkan terkadang, Joko harus memulung dengan perut keroncongan dan ia cuma bisa minum air putih saja agar rasa laparnya hilang.
Orangtua Joko juga mencari uang dengan cara memulung seperti sang anak. Walau usianya masih kecil, tetapi Joko tak ingin membebani kedua orangtuanya.
Joko pun menggunakan uang yang ia dapatkan untuk kebutuhannya sehari-hari. Ia juga selalu menambung untuk masa depannya.
Ketika pulang dari mencari barang rongsokan, ibunya sudah menyiapkan makanan ala kadarnya. Joko tidak pernah memilih makanan.
"Kadang cuma makan pakai tahu tempe aja. Pernah juga makan nasi yang dicampur garam," katanya sambil tersenyum.
Sejak kecil, Joko selalu diajarkan untuk menghabiskan makanan. Bahkan meski rasa makanannya tidak enak, dia tetap lahap menyantapnya.
Selain susah mencari uang, menurutnya makanan yang sisa juga tidak baik untuk lingkungan. Dia tahu dampak dari sisa makanan terhadap perubahan iklim.
"Ibu bilang kalau makanan sisa bisa membuat bumi semakin panas karena perubahan iklim. Lagian cari uang itu susah toh," ungkapnya.
Joko yang masih kecil telah memberikan edukasi kepada semua orang. Selain sulitnya cari uang untuk hidup, makanan tidak boleh ada yang sisa.
Memang sisa makanan tidak bisa dihindari saat ini. Entah saat masak sendiri di rumah atau pun makan di luar.
Padahal sisa makanan bisa berpengaruh buruk dan merusak lingkungan. Ketidaktahuan akan isu sampah makanan membuat sebagian besar orang Indonesia hobi menyisakan makanan.
Bahkan, menyisakan makanan sudah jadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Mungkin bisa dikatakan "ndablek".
Sampah makanan bisa menghasilkan zat berbahaya bernama metana. Munculnya metana ini menjadi salah satu bahaya sampah makanan.
Bahkan, saking bahayanya, sampah makanan bisa meledak dan menghasilkan masalah penyakit dan lingkungan yang cukup serius.
Dampak Buruk Sampah Sisa Makanan
1. Merusak Iklim
Jejak karbon dari sisa makanan bisa mempercepat perubahan iklim. Hal ini terjadi karena banyaknya makanan yang dibuang saat ini setara dengan 3,3 miliar ton emisi gas rumah kaca.
Limbah makanan adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga. Hal itu disebabkan gas metana yang dihasilkan oleh makanan, dibuang sebagai limbah yang semakin memperparah perubahan iklim dan pemanasan global.
2. Pemborosan 1/3 Luas Lahan Subur Dunia
Makanan yang diproduksi tetapi tidak dikonsumsi hampir mencakup sekitar 1,4 miliar hektar lahan, yang merupakan hampir 1/3 dari lahan pertanian di bumi.
Hal ini sama saja dengan menyia-nyiakan 30 persen tanah subur yang dapat digunakan untuk tujuan lain.
3. Jejak Air Biru
Volume air yang digunakan dalam produksi pangan pertanian sangat besar. Oleh karena itu, jika 30 persen dari semua makanan yang diproduksi terbuang sia-sia, berarti lebih dari 30 persen air tawar yang terbuang percuma.
4. Meledak
Gas metana yang dihasilkan sampah sisa makanan 25 kali lebih berbahaya dari CO2 atau karbondioksida. Penumpukan gas metana berpotensi memicu terjadinya ledakan.
5. Terjadinya Air Lindi
Air lindi berasal dari tumpukan sampah yang tercampur dengan air hujan. Air lindi sangat berbahaya dan beracun, sebab mengandung unsur logam berat seperti timbal, besi, dan tembaga.
Jika tidak diolah dengan baik, maka air lindi akan meresap ke tanah dan mencemari air minum.
6. Ancaman Keberagaman Makhluk Hidup
Secara tidak langsung, sampah makanan juga dapat merusak ekosistem. Jika air lindi masuk ke aliran sungai, maka hal ini akan merusak ekosistem sungai dan makhluk hidup lainnya.
Cara Mengurangi Sisa Makanan
1. Olah dan Simpan di Freezer
Makanan lebihan bisa disimpan di dalam freezer. Selanjutnya dipanaskan kembali keesokan hari.
Bahkan dengan kreativitas masingmasing, sisa makanan bisa diolah menjadi masakan baru.
2. Buat Kompos
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan sampah sisa makanan adalah membuat pupuk kompos. Pupuk ini menggunakan sisa-sisa sayuran, buah-buahan, makanan, kertas-kertas bekas, dedaunan kering, rumput, ranting dan sebagainya.
3. Habiskan Makanan
Menurut UN Food and Agriculture Organization, sampah makanan setiap tahunnya bisa memberi makan 11 persen populasi Indonesia dan 1/3 dari total makanan yang diproduksi di dunia terbuang percuma.
Untuk itu, mulailah mengatur porsi dan selalu habiskan makanan yang ada di piring. Jangan ada makanan yang terbuang.
4. Belanja Cerdas
Saat belanja ke pasar, biasakan beli bajan makanan yang dibutuhkan saja. Jangan kalap belanja!
Jadi, merencanakan terlebih dahulu sebelum membeli adalah sebuah keharusan.
5. Cek Tanggal Kedaluwarsa
Sangat penting untuk mengecek tanggal kadaluarsa sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Jangan sampai membeli produk yang sudah kedaluwarsa.
Jika ada sisa makanan bisa difermentasi untuk pembuatan pupuk untuk tanaman di rumah
ReplyDelete