Photo Tangkap Layar Eco Blogger Squad www.bocahudik.com |
Perempuan muda berambut sedikit panjang itu berbicara sangat cepat. Bahasanya dicampur antara Indonesia dan Inggris.
Suaranya sangat lantang menjelaskan cara menjaga bumi. Suara khas orang muda yang cerdas dan tegas bernama Jaqualine Wijaya yang merupakan Co founder and CEO of Eathink.
Eathink adalah bisnis sosial yang mendukung konsumen makanan untuk menjadi berkelanjutan dengan membagikan info terkini mengenai ketahanan pangan.
Dukungan itu dilakukan melalui konten digital dan menyediakan program pembelajaran serta produk relevan untuk membangun kebiasaan konsumsi yang sehat berkelanjutan.
Menurutnya, sistem pangan berkelanjutan adalah pangan yang tersedia, aman untuk sekarang dan masa depan. Selain itu bertanggung jawab secara sosial, ekonomi, dan lingkungan.
"Dalam sistem melibatkan berbagai individual seperti konsumen, produsen dan aktor lainnya. Dan juga memperhatikan elemen lain seperti keseimbangan sosial dan ekosistem agar makanan itu terjaga," ujar Jaqueline melalui online gathering bersama Eco Blogger Squad.
Dia menjelaskan, ada berbagai isu terkait ketahanan pangan berkelanjutan. Yakni isu sustainable agriculture, nutritional challenge, dan food loss and waste.
"Segi agriculture ada produksi emisi yang cukup tinggi. Termasuk pembukaan lahan atau deforestasi. Sementara ada masalah stunting untuk isu nutrisi dan ada isu sampah makanan yang tinggi dari food loss and waste," katanya.
Produksi pangan menghasilkan emisi karbon dioksida dan metana. Pengelolaan sumber pangan berdampak pada alih fungsi hutan hingga pencemaran lingkungan.
Artinya, pangan yang diproduksi untuk dikonsumsi turut menyumbang kerusakan pada lingkungan. Sayangnya, permasalahan ini masih rendah dan enggan dibicarakan.
Kontribusi produksi makanan terhadap emisi gas rumah kaca itu sangat tinggi, yakni satu per tiga. Selain itu, ketahanan pangan berbasis hewani juga menyumbang karbon lebih tinggi, 10 hingga 50 kali lebih tinggi dari ketahanan pangan nabati.
Di samping itu, penggunaan lahan untuk ketahanan pangan sebesar 22 persen yang bisa menyebabkan polisi udara. Salah satunya bisa dilihat dari pembukaan lahan sawit.
"Di Indonesia, kontribusi sampah makanan cukup tinggi. Sampah makanan bisa menimbun gas metana dan bisa terbakar. Orang orang sekitar ini bisa berdampak, akibatnya akan terjadi global warming," jelasnya.
Sebagai orang muda, Jaqueline menjelaskan cara menyelamatkan bumi. Orang muda sebagai konsumen bisa memilih pangan yang sehat dan bergizi, membeli pangan dari produsen lokal, serta menghemat pangan.
Pasalnya, jumlah food waste saat ini semakin meningkat. Sektor penyumbang terbesar adalah rumah tangga, layanan makanan dan ritel.
"Saat membeli makanan, kita bisa lihat di labelnya apakah ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya.
Photo Tangkap Layar Eco Blogger Squad www.bocahudik.com |
Dalam online gathering #EcoBloggerSquad ini juga hadir Cerli Febri Ramadani yang merupakan ketua Sentra Kreatif Lestari Siak (Skelas).
Skelas merupakan pusat inovasi yang diinisiasi oleh kaum muda Siak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat solusi kreatif yang berbasis ekonomi lestari serta pelestarian budaya lokal.
Skelas memiliki fungsi sebagai pusat data dan informasi, wadah promosi dan komunikasi narasi pusaka lestari, serta inkubasi, akselerasi, dan agregator.
"Skelas ini memberikan wadah bagi anak muda untuk mengembangkan potensi mereka secara kreatif. Kamu juga mendorong ekonomi kreatif lestari di Siak," katanya.
Dia menjelaskan, upaya Skelas dalam mendukung visi Sial Hijau yang mengutamakan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Selain itu menjadi tempat kolaborasi antara komunitas dan pemerintah.
Salah satu program pelatihan dan pendampingan bagi pelaku UMKM Skelas, yakni Inkubasi Bisnis Lestari (Kubisa). Program ini memberikan peluang dunia usaha untuk buat manajemen bisnis yang baik.
"Ada Puan Pina yang merupakan sirup nanas. Minuman lokal ini dari lahan gambut yang bisa mencegah kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Dia memaparkan, Skelas melibatkan petani lokal dan kelompok wanita tani di Siak dalam pembuatan Puan Pina. Selain produk Puan Pina, ada Bolu Kemojo yang bahannya berasal dari sisa olahan padi.
"Bolu Kemojo ini dari bekatul yang sebelumnya tidak dimanfaatkan dan sekarang bisa menambah nilai ekonomi. Bekatul ini glutenfree dan rendah gula," paparnya.
Selain Skelas dan Eathink, ada juga Amalia Reza yang merupakan manajer Bioenergi Transformation of Energy and Sustainable and Development Asia (Trend Asia).
Photo Tangkap Layar Eco Blogger Squad www.bocahudik.com |
Trend asia adalah organisasi masyarakat sipil independen yang bertindak sebagai akselerator transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan di Asia.
Wanita muda itu menjelaskan tentang transformasi energi co firing biomass atau metode oplos batubara dengan biomassa di PLTU Indonesia.
Jenis biomassa yang digunakan adalah pelet kayu. Pelet kayu dianggap menjadi cara paling baik untuk transisi energi.
Pelet kayu ini berasal dari limbah kayu yang diolah jadi serbuk kayu. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan PLTU, maka dibutuhkan banyak pelet kayu.
Sementara pemerintah memiliki program penanaman tanaman monokultur menjadi kebun kayu atau Hutan Taman Energi. Untuk menghasilkan pelet kayu membutuhkan lahan hutan monokultur yang luas.
"Pohon-pohon itu ditebang dan diolah jadi serbuk kayu di pabrik. Lalu dibawa ke PLTU jadi sumber listrik," katanya.
Menurut Amalia Reza, sekitar 10,2 juta ton per tahun biomassa pelet kayu dibutuhkan untuk memenuhi 90 persen batubara dan 10 persen biomassa. Dari jumlah itu, maka dibutuhkan 2,3 juta hektar lahan Hutan Taman Energi.
"Ini bisa berimbas pada habitat satwa liar, tumbuhan, dan hewan endemik di hutan akan rusak. Kondisi ini bisa berpotensi konflik dengan masyarakat adat," jelasnya.
Dia menjelaskan, program Co firing bisa mengurangi penggunaan batubara. Namun bisa juga menyebabkan deforestasi yang mengakibatkan peningkatan emisi gas rumah kaca.
Ya, orang mudah harus paham bahwa Krisis iklim merupakan ancaman yang semakin memprihatinkan bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam menghadapi krisis iklim, orang muda memiliki peran yang sangat penting.
Orang muda memiliki energi, keberanian, dan semangat dalam melakukan perubahan. Pasalnya orang muda merupakan generasi yang akan mewarisi bumi, sehingga sudah sepatutnya terlibat dalam upaya meredam krisis iklim.
Kontribusi orang muda dalam mengatasi krisis iklim dapat dimulai dengan hal yang sederhana di lingkungan sekitar. Bisa saja ikut kampanye yang dilakukan oleh organisasi lingkungan, seperti menyebarkan informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan atau menjadi relawan di organisasi lingkungan.
Selain itu bisa mengurangi penggunaan plastik, mematikan lampu yang tidak digunakan, atau menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda atau transportasi umum.
Saya selaku orang muda suka menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda. Bahkan saat berangkat ke kantor pun, saya menggunakan sepeda.
Sebagai penghuni bumi hari ini dan masa yang akan datang, itulah cara orang muda dalam upaya mewujudkan planet yang berkelanjutan dan layak huni.
Sebagai penghuni bumi hari ini dan masa yang akan datang, itulah cara orang muda dalam upaya mewujudkan planet yang berkelanjutan dan layak huni.
No comments