Cinta Terpendam Rapi

Cinta Terpendam Rapi www.bocahudik.com

Ruangan itu terlihat sepi. Hanya ada dua orang di sana.

Seorang gadis terlihat sedang merapikan map pagi itu. Sementara satunya sibuk bekerja.

"Ada pak manager, bu?," tanya pria yang baru masuk ke ruangan berukuran 25 meter persegi itu.

"Bentar ya pak," ucap gadis yang merapikan map tadi.

Gadis itu bernama Bulan. Parasnya sangat menawan.

Dari obrolan kecil, Bulan kelihatan gadis yang bersahaja. Tutur katanya sangat lembut.

Dia seperti orang yang berpendidikan. Hal itu tampak dari setiap kalimat yang keluar dari obrolan.

Perilakunya sangat sopan. Bahkan mampu mengalihkan sudut pandang pemikiran pria tersebut.

"Kamu tak sholat, Bulan?," timpal teman kantornya.

"Iya ini mau siap-siap untuk Sholat," ucap Bulan.

Ternyata Bulan rajin ibadah. Menjaga Sholatnya.

Sejak pertemuan di pagi hari itu, Bulan dan pria yang diketahui bernama Kristian itu tampak akrab. Mereka sering komunikasi meski tidak setiap saat.

Obrolan mereka selalu nyambung salam setiap hal. Bahkan Bulan dan Kristian memiliki makanan kesukaan yang sama.

--------//--------

"Apa kabar, Bulan? Lagi ngapain?," tanya Kristian dari WhatsApp, Sabtu siang.

Mereka sudah saling tukar nomor telepon sekitar tiga hari lalu. Tepatnya dua Minggu setelah pertemuan di ruangan manager itu.

Bahkan penggilan "bapak" atau "ibu" pun sudah tidak terdengar. Sekarang berubah menjadi "Abang" dan "Adik" gitu.

Percakapan dari WhatsApp pun berakhir dengan janji. Mereka menyusun jadwal untuk olahraga lari pada Minggu pagi.

Hal itu membuat Kristian tak sabar menunggu tentang pergantian waktu. Padahal hanya perlu bersabar sekitar 18 jam sejak terkirimnya pesan itu.

Bahkan saat malam tiba, Kristian sibuk memilih baju olahraga. Dia sudah seperti orang gila yang terus-menerus membuka lemari pakaiannya.

"Pagi Bulan. Aku sudah di depan ya," tulis pesan WhatsApp Kristian di Minggu pagi.

Kristian tiba 30 menit dari waktu yang sudah dijadwalkan kemarin. Dia rela menunggu gadis yang mampu membuatnya terpesona sejak padangan pertama.

Bulan pun keluar dari rumah. Dia mengenakan pakaian yang sopan.

Tak sendirian, Bulan ditemani oleh temannya. Sambil olahraga, mereka saling bercerita sambil diiringi dengan tawa.

--------//--------

Sejak percakapan pada lagi pagi itu, Kristian semakin mengagumi Bulan. Menurutnya, gadis berakhlak baik yang cerdas itu mampu merubah pandangan hidupnya.

Bulan berasal dari keluarga yang harmonis serta hidup dengan penuh kasih sayang. Itu juga yang membuat Kristian semakin terpukau.

Meski tidak selalu bertatap muka, mereka tetap menjalin komunikasi dengan baik. Walaupun komunikasinya tidak setiap hari, tapi sudah berjalan hampir dua tahun.

Hal itu disebabkan Bulan yang memiliki kesibukan lain. Salah satunya mengemong anak-anak di sekitar rumahnya.

Kristian selalu senang saat melihat pesan masuk dari Bulan. Terkadang dia senyum sendiri yang membuat teman-temannya heran.

Senyum yang menimbulkan rasa penasaran bagi setiap teman. Hingga mereka suka mencari tahu siapa gadis yang mampu membuatnya berubah.

Secara perlahan, Kristian memiliki perasaan kepada Bulan. Padahal Kristian sedang menikmati hidupnya sendiri.

Rasa cinta itu pun sudah mulai muncul. Namun sayang, dia tak mampu mengungkapkan perasaannya.

Kristian memendam rapi dengan penuh komplikasi. Dia merasa sedih meski tidak harus menyesali kehidupan lagi.

NB: Cerita ini hanya fiktif dan imajinasi penulis. Mohon maaf jika ada kesamaan.

No comments